Jumat, 31 Januari 2014

TRIP 3 NEGARA SINGAPORE, THAILAND, MALAYSIA 

(PART 1)

28 Nopember 2013 - 2 Desember 2013

Senang sekali saya dikabari ada tiket cancel murah ke Phuket via Singapore. Saya yang pecinta laut, tentunya sangat tertarik ke Phuket, yang katanya lautnya indahnya seperti Bali.

Kuwel-kuwel pashmina sambil nunggu gate open

Tanggal 28 Nopember 2013. Kami berangkat bertiga (saya, Hery dan Febri) ke Singapore dari bandara Soetta pukul 20.30. Dan sampai di Changi sudah cukup malam. kira-kira pukul 23.00 waktu setempat. Memang, negara ini beda jamnya dengan Jakarta, lebih cepat 1 jam. Kami terpaksa "ngemper di Changi" karena tidak mungkin lagi ke kotanya. MRT terakhir pukul 23.00. Belum lagi kami sama sekali belum booking hotel. Yachh... tak apalah.. Changi cukup nyaman kok untuk menerima backpacker seperti kami.


1. Explore Changi Terminal 2
Disana kami langsung explore Terminal 2. Pertama-tama kami langsung cari makan. Ketemu lah Orchid cafe. Makanannya cukup enak. Yang jualan sudah nenek-nenek, dan hanya sendirian. Salut banget...
Noodle Dry Roasted Chicken 7 SGD
Bill "Orchid Garden" makan malam kami
Selesai makan kami menuju Experience Zone. Di tempat ini kita bisa menonton tayangan televisi dengan layar LCD cukup besar. kira-kira 120 inch. Ada juga internet gratis, serta yang saya sukai adalah Photobox-nya.. Dengan kecanggihan meng-capture foto kita,Samsung akan langsung mengirim hasilnya melalui email yang telah kita daftarkan sebelumnya.

Me with Hery at Samsung photo capture di Experience Zone, Terminal 2, Changi
Lalu kami ke Enchanted Garden. Enchanted Garden ini adalah taman dengan perpaduan antara Desain, Teknologi, Keanekaragaman hayati, dan Informasi.
Enchanted Garden
Kebetulan waktu kami ke Changi, sepertinya tema Natal sudah terasa, walaupun Natal sendiri masih 1 bulan kedepan.
Christmast Ornamen
Tema yang diusung oleh Changi waktu kami kesana sepertinya ingin membawa pengunjung ke beberapa tempat "Must Visit Place" di Eropa. Dan saya ketemu dengan replika bangunan yang selama ini saya impik-impikan... OMG ada Kremlin di Changi.... #ngecessss....
Serta ada Coloseum juga...
Kremlin in Changi. Ga usah jauh2 ke Rusia... 

Coloseum di Changi
Lalu muter-muter lagi.. dan foto-foto lagi.. dan...dan.... kamipun terlelap. zz..zz....z.... di zona games deket Sunflower Garden.

Total Pengeluaran :
Taxi dari Tangerang ke Bandara                                    = Rp 54.000
Airport tax @ 150.000 x 2                                           = Rp 300.000

Makan di Orchid Cafe, Changi @ 7 SGD x 3              = SGD 21
Beli air minum @ SGD 2                                              = SGD 2
Penitipan tas ( 3 carier 10 kg)                                       = SGD 10,7



2. Transit di Singapore (Merlion & Raffles)

Berhubung penerbangan ke Phuket pukul 12.20, maka kami memutuskan untuk explore Singapore semampu kami. Bagi saya ini adalah kali kedua saya ke SG, namun buat teman saya Hery, ini adalah kali pertamanya. Pagi-pagi sekali pukul 6, (di Jakarta masih pukul 5 pagi Bro..), kami berangkat dari Changi dan turun di Bugis. Karena yang kami tau, makanan halal paling mudah dicari di kawasan ini. Ternyata, toko-toko masih banyak yang tutup, akhirnya kami makan di Mc D yang buka 24 jam. Seporsi makan, dapat pancake + telur dadar + 1 lapis daging + beberapa selai + milo segelas = 8.2 SGD (sekitar 78rb IDR).

Kami baru sadar ternyata kalo pagi-pagi sebelum pukul 7 itu pake MRT gratis! Asyyeeek...

Lalu kami melanjutkan perjalanan ke MRT Raffles, yaitu MRT terdekat untuk menuju Patung Singa yang berbadan ikan, yang menjadi lambang kebanggaan negeri ini. Tidak lupa kami ke Patung Raffles yang tidak jauh dari situ, tinggal nyebrang dari Cavenagh bridge, dan berjalan sedikit ke arah kiri, kira-kira 100 meter.

Apa yang menarik di sini???

Banyaakkk.... banyak hal menarik dapat kita jumpai disini. Apa saja ?

a. Singapore River
Singapore River
Clark Quay in the morning
Singapore river terkenal dengan sungainya yang bersih dan terawat. Digunakan untuk sarana transportasi dan wisata. Terdapat beberapa pier untuk tempat berlabuhnya boat-boat.
b. Fullerton Hotel
In front of Fullerton Hotel
Diorama ras Melayu, China dan Eropa
Fullerton adalah hotel bintang lima di kawasan tersebut. Keunikannya diantara arsitekturnya yang bergaya eropa, ditambah beberapa diorama-diorama patung-patung di pelataran hotel yang cukup unik.
One Fullerton

c. Cavenagh Bridge
Adalah jembatan yang menghubungkan kawasan clark quay menuju Raffles. Jadi jika akan menuju patung Raffles memang lebih bagus lewat jembatan ini.
Cavenagh Bridge

d. Merlion
Siapa yang gak kenal Merlion?? Semua orang pasti tau Merlion. Patung Singa berbadan ikan ini telah menjadi icon negeri ini. Jaraknya ga jauh dari Fullerton Hotel. Tinggal nyebrang saja.
Merlion
e. Raffles Landing Site
Raffles Statue

Sir Stamford Raffles, adalah penemu pulau Singapura. Konon katanya di tempat inilah sang penjelajah menginjakkan kakinya pertama kali. Maka untuk mengenangnya dibuatlah patung Raffles.
Di sekitar situ juga ada beberapa patung-patung diorama tentang Singapura masa lampau. serta ada juga patung Jawaharlal Nehru, PM India.

f. Marina Bay

Gedung Marina Bay yang mirip kayak perahu diatas tiga gedung ini hanya selemparan batu di depan Merlion. Tepat di depan Merlion. Tapi untuk kesana memang musti muter agak lumayan kalo jalan kaki.
Aahhh... saya hanya ada waktu transit 3 jam, next time aja saya kesana...


g. Restoran-restoran Clark Quay
Saya sich belum pernah makan disini, rate-nya cukup lebih mahal dibanding Changi. Tapi kawasannya cukup nyaman untuk dipakai jalan-jalan. Bagi yang sudah pernah ke Benton Junction, Karawaci, kira-kira seperti itulah gambarannya....

Daftar menu di sebuah resto di Clark Quay
Diorama patung di Clark Quay
h. Gedung-gedung pencakar langit

Bagi pecinta fotografi tentang modern city, kawasan ini cuku bagus untuk dijadikan object foto.
Gedung-gedung dengan arsitektur kokoh dan menjulang tinggi bertebaran di sepanjang singapore river ini.

View selepas keluar dari MRT Raffles 

Pengeluaran untuk transit & jalan-jalan ke Merlion :
Beli EZ Link utk Hery                                                                                          = SGD 12
Makan di Mc D                                                                                                   =  SGD 19.85
- Coffe Milk  ( SGD 2,1)
- Iced Milo   (SGD 2.1)
- Breakfast Deluxe (SGD 6.5)
- Breakfast Deluxe Supreme (SGD 6.65)
- Muffin Burger (SGD 2.85)
Pengeluaran dengan EZ Link Changi - Bugis - Raffles - Changi  @SGD 2.98 X 3 = SGD 8.94
Ngopi di Starbuck   vanilla latte (6,3) + Rasberry cake (6.5)                                 = SGD 12.8


Selanjutnya kami melanjutkan penerbangan kami ke Phuket pukul 12.20 siang.


To be Continue

Minggu, 05 Januari 2014

PAPANDAYAN FELLOWSHIP 
"KAMI YANG NEKAT MENDAKI"


Setelah pengalaman saya yang tidak enak terakhir kali dari Rancaupas, merasa diikuti "yang tidak kelihatan" di Rancaupas Ciwidey, kali ini hati saya terpanggil untuk menakhlukkan Papandayan. Gunung yang baik bagi pendaki pemula seperti saya, namun memberikan banyak bonus yang bisa kami temukan disana. Kali ini perjalanan saya sungguh berwarna, ada hitchiking, menginap di rumah orang yang memberikan kami tumpangan, ngeteng ke Garut, hiking, camping, berburu sunrise, membuat film dokumenter, sampai nyusrug di tebing. Bagaimana cerita lebih lengkapnya? Cekidoott...


Rencana silaturahmi yang batal.

Kami yang nekat menanjak di tengah isu kebakaran gunung Papandayan
Adanya trip pendakian Papandayan pada awalnya adalah ajang silaturahmi anak-anak BPC (Backpacker Community Jabodetabek), dengan rencana awal sekitar 50-an orang yang akan turut mendaki. Tanggal telah ditentukan, 31 Agustus - 2 September 2012. Tapi kenyataan berkata lain, tgl 22 Agustus 2012, gunung Papandayan dikabarkan terbakar, dan rencanapun dibatalkan, walaupun saya sudah menegaskan kepada mereka bahwa saya telah mengkonfirmasikan kepada Bp. Teguh, Ketua Konservasi Papandayan, bahwa yang kebakaran hanya di areal jalan menuju basecamp. 


Hitchiking ke Bandung

Tapi ternyata, masih ada beberapa teman yang ingin nekat menanjak. Dua orang rekan dari Bandung, 4 orang dari Jakarta. Akhirnya saya bergabung dengan teman-teman dari Jakarta. Rencana awal adalah ke Garut naik bus dari Pasar Rebo. Tapi berhubung saya sudah pernah sukses melakukan hitchiking ke Bandung, kali ini saya mengajak yang lain untuk ikut hicthiking bersama saya. Hitchiking adalah traveling / kemana-mana dengan menumpang kendaraan yang lewat. Senjata perang untuk hitchiking yang utama adalah spidol dan kertas. Tinggal kita tulis saja tulisan "NUMPANG" atau "NEBENG" atau langsung saja tulis kota yang dituju. Berhubung kertas hitchiking andalan saya yang bertuliskan "NUMPANG" ketinggalan, akhirnya saya putuskan untuk mencari-kertas dengan ukuran cukup lebar, yang ideal untuk hitchiking minimal 2x kertas A3, atau pergunakan saja kertas fax karena lebih ulet dan ga gampang sobek. Di Pasar Rebo, banyak pedagang buah, dan sayapun meminta 2 lembar kertas kalender bekas kepada seorang penjual buah.Setidaknya saya dapat 1 atribut hitching "NUMPANG"
Berhubung tempat hitching kami gelap, dan ga ada foto yg bagus, kira-kira seperti inilah gaya kami kalo lagi hitching di siang hari.

Kamipun segera mengambil jalur jalan tol yang arah ke Bandung. Cukup lama kami menunggu kendaraan namun tak satupun yang berhenti, setelah satu jam menunggu dan hampir saja putus asa, akhirnya sebuah mobil Panther ber-plat merah menhampiri kami dan membawa kami berempat. Bapak yang baik hati ini bernama Pak Embing. Seorang polisi yang tergerak hatinya untuk bersama dengan beberapa perusahaan perbankan untuk merenovasi sekolah-sekolah yang rusak. Kamipun diantar sampai ke Rest Area 39, karena beliau akan keluar di exit tol Karawang.
Fajar, mempelajari medan / rute yang akan ditempuh dari Peta mudik

Hitching pertama, Ps. Rebo - Rest Area 39 by Pak Embing, Panther plat merah.

Di rest area ini kami berhenti sejenak untuk sholat Isya, kemudian melanjutkan next hitching kami. Lalu... sebuah mobil Kijang Innova silver pun merapat ke kami. Pak Enda, seorang pengusaha mangan, yang pada masa lalunya pernah menjadi TKI di Arab Saudi yang kurang berhasil, karena tidak digaji selama satu tahun lebih, bahkan pernah berurusan dengan kepolisian Arab saudi karena kesalahpahaman atas mobil majikannya. Namun, sekarang... Inova ada di tangan, membuktikan kepada kami generasi muda bahwa, nasibpun akan berubah apabila kita mau berubah dan bekerja keras. Rencananya kami mau diturunin di exit tol 55, berhubung saya pernah diturunkan di exit tol tersebut dan cukup kesulitan mendapatkan mobil ke Bandung, saya bilang agak keberatan, dan akhirnya si Pak Enda pun mengantar kami sampai Rest Area Sadang km 79, walaupun resikonya nati dia harus putar balik lebih jauh ke rumahnya. Ucapan kami hanya "Terima kasih Bapak, maaf kami tidak punya apa-apa, semoga Yang Diatas yang membalasnya". Bagi saya mendoakan kebaikan kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita adalah imbalan yang paling pantas. 

Hitching ke-2, Rest Area 39 menuju Rest Area Sadang km 79 by Pak Enda


Di Sadang ini rest area-nya cukup luas. Lantas kamipun meanjutkan hitching kami yang ke-3. Gak perlu berlama-lama, sebuah mobil Avanza silverpun segera mengangkut kami ke kota Bandung. Si om yang satu ini cukup unik, beliau tidak mau menjelaskan namanya siapa, dan tidak mau difoto pula. Dia bercerita masa mudanya pun pernah seperti kami, suka naik gunung, wow senior nech... Bahkan anak perempuannya yang pertama, Nadya, mengikuti jejaknya, senang mendaki gunung. Diapun memintakami berkenalan dengan putrinya. Tanpa dinyana-nyana ternyata mereka masih satu komplek dengan teman ngetrip saya yang dulu ke Caringin Tilu, teteh Dewi pelita di Soekarno-Hatta. Si Bapak ini melarang kami untuk melanjutkan perjalanan ke Garut. Dia meminta kami untuk menginap ditempatnya. Kamipun tak mampu menolak, secara waktu menunjukkan pukul satu pagi. kasur dan bantal adalah hal yang paling kami rindukan. Kamipun segera mengundang salah satu teman kami, Cahyo yang tinggal dekat dari daerah tersebut.

Di rumah si Bapak ini. kami disuguhi banyak makanan, kue-kue lebaran yang enak-enak, ada nastar, lidah kucing, dll. Kamar tidur dengan 3 kasur, saya sich tidur di sofa aja. Rencana pertama sich pengennya berangkat pagi. Mungkin karena tidurnya telat / kecapekan pula, kamipun bangun kesiangan, khususnya saya hehe... Lanjut mandi air hangat, mumpung ada :D  bahkan kamipun dibauatin sarapan nasi goreng dan dibawain bekal roti bakar bandung. Kata si Ibunya Nadya ini, "semoga saja kalau si Nadya lagi keluar, ke gunung atau kemana, ada yang baik hati pula ke dia.."

Kasuurr mana kasuurr....



Sarapan Nasi goreng
Kamipun menunggu rekan kami yang lain yang berasal dari Bandung, Windiatmoko Sumaryo, untuk menentukan rute mana yang akan kami tempuh. Tapi rupanya mereka berdua, Om Cahyo dan Om Windi, memutuskan untuk naik motor dan bertemu di basecamp Papandayan saja.


Ngeteng ke Garut, Tragedi matras hilang!

Selepas berpisah dengan Om Cahyo dan Om Windi, kami naik angkot warna hijau jurusan Cibiru, Rp12.000/4 orang.  Pada saat kami turun dari angkot dan mencari mobil elf jurusan Garut, kami baru sadar, satu-satunya matras yang kami bawa, HILANG!

Lantas kami naik mobil elf jurusan Garut dan turun di Cipanas, Rp 10.000 / org. Ternyata kami salah turun, kami pun melanjutkan naik mobil elf jurusan Cikajang, dan menuju Cisurupan, Rp 5.000/org. Berhubung sesampai Cisurupan sekitar pukul 1 siang, kamipun segera mengisi perut di warung Padang yang lokasinya tepat di pertigaan Cisurupan. Rp9.000/porsi. Sayapun membeli satu porsi lagi buat diatas. Takut kelaparan, hehe... Dan segera melengkapi logistik kami yang belum lengkap, yaitu 4 botol air mineral ukuran 1,5 ltr.

Pertigaan Cisurupan. Mobil bak yang biasa ke papandayan biasanya ngetem dibawah Baliho "M*LD" dengan tarif Rp120.000 sekali jalan

Berhubung mobil bak menerapkan tarif flat, maksudnya Rp120.000/sekali jalan menuju Basecamp, berapapun jumlah penumpangnya, akhirnya kami memilih naik ojek, dengan tarif Rp20.000/org sampai basecamp Papandayan.

Tentang Gunung Papandayan

Nama Papandayan berasal dari bahasa Sunda "Panday" yang berarti pandai besi. Dahulu, ketika masyarakat melintasi gunung ini sering terdengar suara-suara mirip keadaan tempat kerja pandai besi, suara tersebut berasal dari kawah yang sangat aktif.

Gunung Papandayan adalah satu-satunya gunung api yang masih aktif di kabupaten Garut, Jawa Barat, tepatnya di kecamatan Cisurupan terletak di sekitar 25 km sebelah barat daya Kab. Garut, dengan geografis 7o19' LS dan 107o44' BT dengan ketinggian 2665 mdpl atau sekitar 1950 m diatas dataran Garut. Di sebelah selatan gunung ini terdapat gunung Guntur dan di sebelah timurnya terdapat gunung Cikuray.

Berbagai sumber dari internet menyebutkan bahwa tinggi gunung ini adalah 2665 mdpl, namun pada saat saya berkunjung kesana di base camp tertera tulisan bahwa gunung Papandayan memiliki tinggi 2622 mdpl. Konon katanya ketinggian 2665 mdpl ditandai dengan adanya puncak Gunung Malang, yang letaknya 200 meter diatas Papandayan. Namun masih segelintir orang yang mencapai kesana, dikarenakan vegetasi tumbuhan yang masih sangat lebat dan sulit dilewati. dari puncak Gunung Malang kita dapt melihat ke sebuah kawah baru termasuk sebuah danau kecil. Pertemuan puncak Papandayan dan gunung Malang ditandai dengan bendera kecil.

Berapapun tingginya itu, Papandayan tetap memiliki sejuta pesona bagi setiap pendaki. Daya tarik Papandayan sendiri yang paling banyak dicari para pengunjung dan pendaki.
  1. Kawah. Gunung Papandayan sebagai gunung berapi yang masih aktif dengan luas sekitar 10 Ha , memiliki beberapa kawah yang terkenal. Diantaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk. Kawah-kawah tersebut masih mengeluarkan asap belerang. Pergunakan masker ketika melewati kawasan ini. Karena bau belerangnya sangat menyengat.
  2. Sumber Air Panas. Blok sumber air panas ini letaknya di perbatasan Blok Cigenah. sumber air panas ini mengandung belerang dan berkhasiat dalam penyembuhan penyakit kulit terutama gatal-gatal. Secara keseluruhan kawasan ini memiliki panorama alam yang indah dengan lingkungan yang relatif masih utuh dan alami yang ditunjang dengan kesejukan udara.
  3. Hutan Mati. 
  4. Pondok Salada
  5. Tegal Alun
  6. Puncak satu
Pendakian Papandayan Fellowship

Sesampai di basecamp pukul 13.30, saya, fajar, rofiq dan aji segera mencari lokasi om windi dan om cahyo. ternyata mereka menunggu kami di mushola. Kamipun segera membersihkan badan dan sholat Dzuhur. Pukul 14.30 kami memulai pendakian. Kami terus mendaki sesuai jalur pendakian, dari basecamp tak seberapa jauh kami langsung bertemu dengan gugusan kawah yang masih aktif, dan jalur pendakianpun  berada tepat di atas kawah tersebut, sampai disini kami mendapati adanya jalan buntu, sebuah tebing curam di hadapan kami. Seorang teman dari rombongan lain memberi tahu kami bahwa jalur yang benar ada di belakang kami lalu turun.

Kamipun segera melanjutkan perjalanan mengikuti trek, dan lagi-lagi belom berapa lama berjalan, kami mendapat bonus lagi. Adanya sungai kecil dengan air yang sangat bening. Ahh,,, rasanya pengen langsung nyebuur sajaa... :)

Setelah trek ini jalur trekking terasa lebih berat bagi saya dari jalur sebelumnya. Lebih curam dengan debu-debu tanah pula, maklum musim kemarau. Kemudian kami menemukan satu daerah yang disebut Lawang Angin. Di Lawang Angin ini kita bisa ngeliat ngarai-nya Papandayan dengan sangat jelas. Dan hawanya sangat sejuk, anginnya cukup kuat, mungkin itu kenapa dinamakan Lawang Angin.

Bulb
Sampailah kami di Pondok Saladah.. Loh mana saladahnya?? Hahaha.. ternyata hanya tinggal nama saja tuch saladah. Di pondok saladah ini kami bermalam. Memasak mie, bikin kopi, bikin bulb, maen kartu.. dan saya Kalah...!!! hahaha...

Karena saya cewek sendiri diantara 5 cowok-cowok yang lain, dan tenda yang dibawa hanya 2 buah, terpaksa saya setenda dengan 3 orang lainnya.. Ahh toh pakai sleeping bag ini.. santai aja lah.. hahha..

Keesokannya terdengar suara ngorook kenceng banget, hahaha.. rupanya si Aji yang ngorok.
Pagi-pagi

Papandayan Fellowship at Death Forest

Pagi-pagi buta kami melanjutkan perjalanan ke puncak. untuk mengejar sunrise ke Tegal Alun melewati Hutan Mati / Death Forest. Dinamakan begitu karena hutan itu pernah terkena letusan papandayan pada kira-kira tahun 90an. Hasilnya sekarang adalah batang-batang kayu yang masih tegak berdiri tanpa daun dan ranting, hitam! Karena terbakar, hangus!

Selanjutnya kami menuju Tegal Alun. Disana kami bertemu dengan pendaki lain yang bermalam disana.
Edelweiss
Tegal Alun ini sungguh indah. Padang edelweisnya luas. Dimana-mana edelweis tumbuh subur, dan bermekaran... Luarr biasa indahnya negeri ini.

Hahaha,,, di Tegal Alun ini naluri gila si Aji menular ke teman-teman yang lain. Disana kami buat video dokumenter yang ceritanya nggak jelas, awalnya apaaaa... endingnya apaaa.. Trus bikin foto-foto lucu bertema raksasa dan kurcaci.





“Mengapa lama tinggal di kota (Jakarta) mendingan naik gunung. Di gunung kita akan menguji diri dengan hidup yang sulit, jauh dari fasilitas yang enak, biasanya ketahuan seseorang itu egois atau tidak. Juga dengan mendaki gunung kita akan dekat dengan rakyat di pedalaman. Jadi selain fisik sehat, pertumbuhan jiwa juga sehat. Makanya saya naik gunung.”
Soe Hok Gie 1969



Rabu, 19 September 2012

Pulau Tidung - My Private Island

Sebenarnya saya bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi pulau ini, sungguh-sungguh telah mampu membuat saya jatuh hati kepadanya, pada pandangan pertama. I love you Tidung, karena hatiku masih tertinggal di ujung pulau itu. Suatu saat aku akan kembali lagi, untuk mengejar tenggelamnya sang surya, untuk menyambut datangnya sunrise, di ujung jembatan itu, Jembatan Cinta. Ya, aku jatuh cinta kepadamu, Tidung.

Rencana ke Pulau Tidung

"Have u ever been Thousand Island, It's very good to do snorkeling, I want to go there".

Seorang teman berkebangsaan China yang pernah saya temui sewaktu backpack ke Jogja, mengatakan hal itu. Sebagai Warga Negara Indonesia, saya merasa malu, banyak wisata Indonesia yang justru dia lebih tahu ketimbang saya.

"OK, we go there! Have u ever go to Tidung Island??"
Diapun menggelengkan kepala. Good news! He never go there, and I also want to go there.

Dengan segenap kemampuan saya menyusun planning untuk membuat acara bertema "BACKPACK TO TIDUNG ISLAND, 2-3 JUNI 2012". Segera saya membuat rencana, ittinerarry dan estimasi budget, kemudian memposting ke blog saya. Dan terjaringlah 10 orang peserta dalam 2 hari. Sayangnya 2 peserta cancel pada detik-detik terakhir.
Peta Kepulauan Seribu

Day 1
Pada hari H-nya, pukul 3 pagi kami sudah bangun, dan segera merapihkan diri. Pukul 4 pagi kami berangkat, dengan menggunakan bis Jurusan Jakarta (157), dan turun di Taman Anggrek, karena ada rekan kami tinggal disana. Dari Taman Anggrek ke Muara Angke kami naik Taxi. Aneh.. Beberapa Taxi tidak mau mengantar kami kesana, saya pun penuh tanda tanya dalam hati, "Hey, what's happen? Kalian nolak rejeki pagi hari itu PAMALI tauu...!"

Setelah sampai Muara Angke sendiri saya baru tahu mengapa beberapa Taxi tidak mau mengantar kami kesana, di tempat itu terdapat Pasar ikan tradisional, yang tempatnya sangat becek dan bau. Oke lahh... saya mengerti penderitaan para supir itu yang mungkin harus ke tukang cuci mobil setelah itu.

Sesampai sana kami dijemput oleh orang kapal yang akan mengangkut kami ke Tidung, Pak Ma'mun namanya. Tinggal sebut saja "Kami rombongan Pak Mansyur" pesan Bapak yang punya penginapan di Tidung. Di kapal menuju Tidung ini terdiri dari 2 lantai, yakni lantai atas dan lantai bawah. Saran saya... Kalian cepet-cepet dech cari yang di bagian atas, karena spot view-nya jauh lebih indah. Tadinya saya di bawah, dan itu gak enak banget. Deket kamar mandi yang bolong bawahnya, and dapet bonus Mbeekk di bagian belakang. Saya langsung pindah saja ke bagian atas.
Suasana di deck atas kapal penyebrangan ke Pulau Tidung
Perjalanan dari pelabuhan Muara Angke menuju Pulau Tidung dapat ditempuh dalam waktu 2,5 - 3 jam. Kapal kami berangkat pukul 07.15 dan sampai di gerbang pelabuhan Tidung Besar sekitar pukul 10.00. Kami terlalu sibuk mencari-cari dan menerka-nerka dimana letak pulau tidung, karena di perjalanan kami melewati banyak pulau-pulau.

Gerbang masuk Pulau Tidung
Sesampai di pelabuhan Tidung kami disambut oleh guide kami guide kami, Rudini, awal-awalnya saya memanggilnya Pak Rudini, karena dalam pikiran saya dia adalah seorang Bapak-bapak tua. Tapiii..... nyatanya dia seumuran saya, asyyiikk, menyenangkan, dan lumayan ganteng (kata teman saya berinisial W).

Kami langsung memilih-milih sepeda mana yang tepat buat kita. Saran saya: gak usah sok bela-belain ngalah buat teman, langsung aja pilih sepeda yang paling bagus buat kalian, karena kalo kalian dapet yang jelek, liburan kalian akan merasa gak enak selama disana, tapi kalo emnag ga ada yang kalian suka, bilang aja ke guidenya untuk minta ganti. Rata-rata penginapan disana mempunya stock sepeda sewaan yang cukup banyak. Ada beberapa rekan saya yang minta ganti sepeda, ternyata di belakang rumah ada sebaris sepeda-sepeda yang masih bagus dan lebih nyaman.


Koleksi sepeda pemilik penginapan
Ini adalah profil penginapan yang kami sewa di Pulau Tidung. Dikelola oleh keluarga Bapak Mansyur dan Ibu Sugiarti. Dan dipandu oleh Rudini ("panggil Rudi saja mbak" katanya). Lativa adalah nama anaknya yang masih duduk di bangku SD (lucu sekali anaknya).

Penginapan ini ada punya 2 kamar tidur, yang 1 lebih besar, kami tempati 4 orang cewek, dan yang satu lagi sedikit lebih kecil, muat untuk 2 orang. Memiliki 2 kamar mandi yang langsung tembus dengan dapur, karena rumahnya menyatu dengan rumah aselinya, yang ditempati keluarga tersebut. Enaknya lagi jika kami membutuhkan kasur tambahan, kami tidak harus menambah harga. Harga paket kami menginap, sepeda, makan 3x, snorkeling, adalah 260rb /orang.

Ini adalah tempat kami menginap disana


Penginapan murah meriah, fasilitas lumayan & sangat ramah
Nico (kanan) bersama Rudi (kiri) sang guide kami
Suasana di teras depan penginapan

Sesampai di penginapan, kami cukup puas dengan kamar yang kami dapat, bersih, rapi dan dengan fasilitas yang gak mengecewakan, ada sebuah TV LCD di kamar depan. Dan kami langsung disuguhi makan siang. Sedikit geli juga ngeliat si Baisha, bule china, yang disuguhi pepes ikan,,,  Dan si ikan ini hanya dibolak-balik saja.. hahhaha...

Selesai makan kami langsung melanjutkan Biking Ride to Jembatan Cinta. Sembari menunggu kapal yang akan membawa kami untuk ke pulau payung ber-snorkeling ria.
Jembatan Cinta
Jump shoot on jembatan cinta
Jembatan Cinta


Just info, Pulau Tidung adalah pusat Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Pulau ini dihuni oleh lebih dari 3 ribu kepala keluarga. Sebagian besar pen­duduknya nelayan.Di sebelah timur pulau ini terdapat Pulau Tidung Kecil. Kini kedua pulau ini tersambung oleh sebuah jembatan kayu yang sangat indah, namun pada saat kami kesana ada beberapa titik yang kondisinya sangat memprihatinkan, pengunjung diharapkan berhati-hati, karena banyak lobang pada jembatan kayu-nya, di ujung jembatan, tepatnya 50 meter pertama dekat Tidung kecil, kondisi jembatannya sudah selesai direnovasi dan dibeton,yang lainnya masih menunggu dana dari pemerintah. Kita bisa menyusuri jembatan itu sambil melihat ke bawah laut yang bening dengan pemandangan karang-karang dan ikan yang beraneka warna. Panjang jembatan sekitar dua kilometer. Di sekitar jembatan terdapat beberapa keramba ikan milik nelayan setempat.




Cobalah tengok ke bawah laut, siapa sangka negeri ini memiliki keindahan alam yang tak ternilai harganya. Kekayaan laut bahari terhampar di bawah kaki kita, dan layaknya aquarium alam raksasa, kita dapat menikmati kekayaan botaninya secara langsung dengan mata kepala kita. Ya, terumbu karang, ikan, bulu babi, dapat dengan jelas dilihat dari balik beningnya air laut.. It's so beautiful.. gumam si Baisha, yang dari China.


Tak ayal jika tempat ini menjadi tempat favorit untuk melakukan water sport, seperti snorkeling, diving, banana boat, rough donut, jet ski dll. 

Snorkeling ria
Ada satu hal lagi yang tak boleh dilewatkan, yaitu terjun dari ketinggian 7 meter di Jembatan Cinta. Diantara kami ber-delapan, empat diantaranya terjun dari jembatan ini. Bagi kalian penyuka adrenaline sport, wajib untuk dicoba. Tapi harus mengikuti instruksi dari penjaga pantainya, maklum di bawah jembatan cinta sering dipakai untuk lintasan jet ski dan banana boat, harus menunggu sepi dulu baru boleh terjun.


Terjun dari ketinggian 7 meter di Jembatan Cinta

Banana boat

Sunset di ujung barat Tidung Besar
Tempat terbaik untuk menikmati sunset adalah di ujung barat Pulau Tidung besar, untuk mencapai tempat itu kira-kira 15 menit bersepeda dalam kondisi masih terang. Sekedar info saja, sebelum mencapai tempat itu, kita melewati sebuah taman Tidung, setelah itu kita kan menemukan sebuah savana, dan dipinggirnya ada sebuah warung-warung dekat pantai, dan ayunan pohon, setelah itu kita kan  menemui kawasan yang mirip hutan dengan rimbunan pepohonan, jadi saya sarankan bila kesana harap membawa headlamp / senter / minta saja diantar guide dengan motor, karena biasanya pemburu foto yang baik tak akan melewatkan detik-detik terbenamnya sang surya, kita pasti menunggu hingga matahari tenggelam, dan secara tidak sadar, saat kita hendak pulang, keadaan tempat itu sudah gelap, karena tak berlampu. Lampu hanya terdapat di kawasan pemukiman saja.

Day 2

Spot terbaik untuk memburu sunrise adalah di jembatan cinta, disini saya dan kawan-kawan narsis-narsis bergaya sambil menunggu sang surya. Pada waktu itu pengunjung Jembatan Cinta cukup banyak, sehingga untuk mendapatkan foto terbaik, saya langsung saja, menceburkan diri ke air laut, dan hasilnya seprti di bawah ini. Hihihi.. :)
Menunggu pagi

Menjemput mentari

Setelah menikmati sunrise di Jembatan Cinta, sempatkanlah menjelajah Pulau Tidung Kecil hingga ke ujung. 
Pantai Tidung kecil

Jalan setapak di Tidung kecil


Di pulau itu, rata-rata orang hanya menjelajah sampai menemukan Pusat Pembibitan Mangrove, disini juga sering dipake untuk berkemah loh, namun jangan sampai disitu saja, karena bagian terindah dari pulau ini saya temukan justru di ujung pulau itu. Teman-teman saya pada saat itu sudah kelelahan dan memutuskan untuk tidak meneruskan sampai ke ujung Tidung kecil. Namun  si Baisha, merasa penasaran dengan pulau itu, dan memutuskan untuk menjelajah sendiri. Akhirnya saya bergabung dengan si Baisha. Dan... Oh, My God.. This end of island is really beautiful.. Feel like having private island. Tidak henti-hentinya saya mengucap syukur kepada Sang Maha Kuasa akan semua keindahan yang saya lihat. Saya pun mulai menyanyikan lagu kesukaan saya "A Thousand Year" milik Christina Perry dengan mata tertutup dan kedua tangan terentang. :)
*Makanya setiap kali karaokean saya selalu melakukan hal itu ketika menyanyikan lagu itu, walau suara saya jauh dari kata bagus.


Ujung timur Pulau Tidung kecil
Saran saya, untuk menjelajah Tidung kecil, setelah melewati tempat pembibitan mangrove, jangan mengambil jalur darat, karena banyak ilalang dan duri, serta ada sebuah kuburan keramat, yang kata masyarakat disana adalah kuburan milik leluhur disana. Sebaiknya langsung ambil jalur pantai, dan susurilah hingga ke ujung. Baiknya Anda langsung lihat sendiri dech.. Dalam hati, saya berjanji akan kembali lagi kesana, ke ujung pulau itu. Keindahan dalam kesunyian, hanya ada debur ombak, laut yang bening, terumbu karang, aku, dan kamu. *Terbengong dengan keindahan alamnya, sampai kelupaan mengabadikan gambar, karena kami bermimpi bisa mempunyai tempat yang seperti itu. 

*credit foto by Xiao Baisha